Kamis, 13 September 2018

Metode Saintifik versus Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Metode Saintifik versus Pahlawan Tanpa Tanda Jasa
Sumber Gambar: www.americanboard.org/blog/starting-teaching-job-mid-year/


Pengantar



Ketika mendengar kalimat pahlawan tanpa tanda jasa, maka yang terlintas dalam benak kita adalah sosok guru. Dikutip dari Wikipedia, guru berasal dari bahasa Sanskerta adalah seorang pengajar  suatu ilmu. Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk kepada pendidik profesional  dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,  mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi. Jadi apakah hubungan antara pendekatan  saintifik dengan pahlawan tanpa tanda jasa?


Metode Saintifik


Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dicanangkan pemerintah untuk menggantikan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dimana dalam kurikulum ini diwajibkan untuk menggunakan metode saintifik pada pembelajaran di Sekolah Dasar dan Menengah. Lalu apakah metode saintifik itu? Metode saintifik adalah metode pembelajaran yang harus memenuhi kriteria ilmiah. Kriteria ilmiah yang dimaksud terdapat pada Permendikbud (Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan) Nomor 81 A Tahun 2013 lampiran IV terdiri atas:


1. Mengamati
2. Menanya
3. Eksperimen
4. Mengasosiasikan
5. Mengkomunikasikan
6. Mencipta

Metode saintifik dipercaya dapat menjadikan perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik lebih optimal.


Pahlawan tanpa Tanda Jasa


Pahlawan tanpa tanda jasa adalah orang yang berani dan rela berkorban dalam membela kebenaran tanpa mengharapkan keuntungan pribadi.

Benar sekali jika makna pahlawan tanpa tanda jasa di berikan kepada guru dimana sangat banyak sekali pengorbanan yang diberikan guru dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Namun, hal ini kembali menjadi perhatian kita ketika makna tersebut disalah artikan.
Penyalahartian makna tersebut bisa kita lihat ketika minimnya upah guru di negara ini. Ketika membicarakan keuntungan maka yang terlintas adalah uang. Sementara pengertian pahlawan tanpa tanda jasa tidak mencari keuntungan, mari kita berpikir secara logika. Sebagian besar guru memiliki keluarga. Minimnya upah guru di negeri ini, kurang mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarga terlepas dari guru berstatus pegawai negeri sipil yang mendapatkan sertifikasi.


Hubungan antara Metode Saintifik dengan Guru



Tuntutan pemerintah untuk lebih meningkatkan kualitas pendidikan tidak selaras dengan nasib guru di negara ini yang masih perlu diperhatikan. Ketika guru dituntut untuk kreatif dan inovatif, metode saintifik memerlukan biaya dalam penerapannya. Terutama ketika sampai ke poin ke enam mencipta, maka butuh ekstra pemikiran keras dalam mewujudkannya. Sementara guru juga memiliki keluarga dan fasilitas sekolah kurang memadai dalam penerapan metode saintifik yang diwajibkan menerapkannya dalam kurikulum 2013, maka guru mau tidak mau harus mengeluarkan uang yang terbilang cukup banyak dalam menerapkan metode saintifik terlepas dari gaji sertifikasi yang didapatkan dari pelatihan yang disediakan pemerintah dimana tidak semua guru mendapatkan kesempatan tersebut. Sehingga, penulis berharap pemerintah secara detail meneliti terlebih dahulu sebuah kurikulum sebelum diterapkan di lingkungan sekolah.







    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar