Teori Intelegensi (Kecerdasan) Ganda Gardner Beserta Penerapannya - Menurut kebanyakan orang, menganggap bahwa seorang yang memiliki IQ tinggi, bisa menjamin kesuksesan dalam hidupnya. Sehingga tingkatan IQ seseorang menjadi tolok ukur terpenting untuk keberhasilan seorang tersebut. Padahal kesuksesan tidak serta merta diukur dengan IQ. Banyak orang memiliki IQ tinggi tetapi emosinya tidak stabil sehingga sulit berkosentrasi.
Ada pula yang beranggapan bahwa seorang yang pintar ilmu matematika, dia lebih pintar dibandingkan seorang yang pintar dalam ilmu bahasa. Banyak terjadi di masyarakat kita yang seringkali membandingkan anak yang duduk di kelas IPA dan IPS. Menurut mereka, anak IPA lebih pintar dari anak IPS dikarenakan mata pelajaran di kelas IPA berkaitan dengan ilmu pasti yang matematis. Berbeda dengan anak IPS yang kebanyakan belajar tentang teori lingkungan yang tidak terlalu banyak membutuhkan perhitungan.
Sehingga banyak orang tua yang merasa sangat bangga bila anaknya berada di kelas IPA dibanding di kelas IPS. Tidak jarang pula mereka terkadang memaksa bahkan mengancam anaknya untuk berada di kelas IPA. Padahal sebenarnya setiap orang memiliki bermacam-macam intelegensi yang telah disadari sejak kecil. Intelegensi bukanlah tunggal, melainkan banyak atau biasa juga disebut dengan intelegensi ganda.
Teori intelegensi ganda (multiple intelligence atau MI) ditemukan oleh seorang ahli psikologi perkembangan dan professor pendidikan dari Graduate School of Education, Havard University, Amerika Serikat, bernama Howard Gardner. Ia mulai menulis gagasannya tentang intellegensi ganda dalam bukunya yang berjudul Frames of Mind (1983), Multilpe Intelligence (1993), Intelligence Reframed (2000). Sejak tahun 1983 sampai dengan 2003, Gardner juga menjadi Direktur Proyek Zero di Harvard University. Proyek Zero adalah pusat penelitian dan pendidikan cara belajar, berpikir, dan kreativitas dalam mempelajari suatu bidang bagi individu dan istitusi.
Menurut Gardner, Inteligensi adalah kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu seting yang bermacam-macam dan dalam situasi yang nyata. Inteligensi yang dikembangkan oleh Gardner dalam bukunya antara lain:
1. Inteligensi linguistic (linguistic inteligence) ), yaitu kemampuan untuk menggunakan dan mengolah kata-kata secara efenktiif baik secara oral maupun tertulis, seperti dimiliki penyair, sastrawan, editor, jurnalis, dramawan, pemain sandiwara, maupun orator.
2. Intelegensi matematis-logis (logical-mathematical intelligence), yaitu kemampuan yang lebih berkaitan dengan penggunaan bilangan dan logika secara efektif, seperti dipunyai seorang matematikus, saintis, programmer, dan logikus.
3. Intelegensi ruang (spatial intelligence), yaitu kemampuan untuk menangakap dunia ruang-visual secara tepat, seperti dipunyai para pemburu, arsitek, navigator, dan decorator.
4. Inteligensi kinestetik-badani (bodil kinesthetic intelligence), yaitu kemampuan menggunakan tubuh atau gerak tubuh untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan seperti ada pada actor, atlet, penari, pemahat dan ahli bedah.
5. Inteligensi musical (musical intelligence), yaitu kemampuan untuk mengembangkan, menegskpresikan, dan menikmati bentuk-bentuk music dan suara. Di dalamnya termasuk kepekaan akan ritme, melodi, dan intonasi. Kemampuan menggunakan alat music, menyanyi, menciptakan lagu, menikmati lagu, music dan nyanyian, seperti musisi, vionis, komponis, vocalis, dan lain sebagainya.
6. Inteligensi interpersonal (interpersonal inteligece), yaitu kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, intnsi, motivasi, watak, tempramen orang lain. Biasanya dimiliki oleh para komunikator, fasilitator, dan penggerak massa.
7. Intelegensi intrapersonal (intrapersonal intelligence), yaitu kemampuan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan akan diri sendiri dan kemampuan untuk bertindak secara adaptif berdasar pengenalan diri itu.
8. Intelegensi lingkungan (naturalist inteligence), yaitu kemampuan seseorang untuk dapat mengerti fliora dan fauna dengan baik, dapat membuat distingsi konsekuensi lain dalam alam natural, kemampuan memahami dan mengerti alam, seperti Charles Darwin.
9. Intelegensi eksistensial (existential intelligence), intelegensi ini lebih menyangkut kepekaan dan kemampuan seseorang untuk menjawab persoalan-persoalan terdalam, contohnya seorang filsuf seperti Sokrates, Plato, Thomas Aquinas, Descartes, Kant dan lain sebagainya.
Dalam analisis Gardner, apabila kesembilan intelegensi diatas memiliki beberapa criteria antara lain:
· Terisolasi dalam bagian otak tertentu
· Kemampuan itu independen
· Memuat satuan operasi khusus
· Mempunyai sejarah perkembangan sendiri
· Berkaitan dengan sejarah evolusi zaman dulu
· Dukungan psikologi eksperimental
· Dukungan dari penemuan psikometrik
· Dapat disimbolkan
Menurut Gardner, setiap orang memiliki beberapa intelegensi yang dapat dikembangkan dan ditingkatkan sehingga berfungsi dalam diri orang tersebut. Selain itu setiap orang bisa saling membantu dengan kemampuannya masing-masing tanpa ada rasa ingin unggul dan bersikap individualistis. Kemampuan-kemampuan itu sebenarnya telah ada sejak kecil sebagai karunia dari Tuhan. Setelah itu, kita sendirilah yang harus mengasah dan mengembangkannya untuk kebutuhan kita sendiri dan masyarakat.
Kawan-kawan mari kita cari tahu kemampuan kita dan jangan lupa diasah! Focus pada satu tujuan serta jalani satu persatu-satu secara seimbang. Bukan hanya untuk kita melainkan untuk orang lain pula agar kita bisa bermanfaat orang lain. Salah satu bukti Tuhan menciptakan manusia dengan kesempurnaan dan fasilitas yang tiada bandingnya. So, jangan lupa bersyukur tentang setiap yang kalian dapatkan. Salam pendidikan
Daftar Pustaka:
Suparno, Paul. 2009. Teori Intelegensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar