Kamis, 04 Oktober 2018

Pendidikan Hati : Bagaimana Pendidikan Hati Dari Segi Filsafat?

Pendidikan Hati : Bagaimana Pendidikan Hati Dari Segi Filsafat?


Pendidikan Hati : Bagaimana Pendidikan Hati Dari Segi Filsafat? - Pendidikan saat ini memang sudah tidak efektif lagi. Pendidikan perkuliahan membuat mereka hanya bergulat kepada organisasi saja. Adapula juga orang yang hanya mementingkan Pendidikan. Namun, mereka yang fokus pada akademik saja suka akan kalau tidak ada guru ataupun dosen. Lalu kenapa hal ini bisa terjadi?

Pemikiran masa-masa muda semakin meningkat. Metode ceramah sudah mengurangi nilai-nilai mereka menuntut ilmu. Dalam hal yang diajarkan guru dengan perdiskusian juga tidak efektif lagi. Ada yang berbicara dan ada yang tidak berbicara. Banyak orang yang tidak berpartisipasi dalam hal Pendidikan. Kalaupun berpartisipasi mereka hanya ingin mendapatkan nilai poin plusnya saja untuk mendapatkan nilai A.

Pembahasan dalam artikel ini bukanlah sebuah teori belaka. Melainkan kenyataan yang sekarang terjadi. Sebagai manusia butuh akan Namanya pembimbing. Pembimbing berupa alat dunia seperti guru. Ilmu tidak ada gurunya membuat kebingungan dan tersesat begitu saja. Salah satu contohnya ada orangtuanya yang islam. Namun, anaknya atheis dikarenakan rasa jati dirinya tidak ada. Mereka menemukan ada sesuatu yang ganjal di dalam hatinya. Sebenarnya hati yang mengganjal itu yang harus dibina melalui kebenaran dengan cahaya al-qur’an.

Sejatinya, Pendidikan yang sesungguhnya ialah rasa dasar rohani yang ada dalam diri ini. Melalui buuku tasawuf yang ditulis buya hamka untuk mengoreksi diri. Dimana titik temu yang harus dicari di dunia ini? Esensi yang didapatkan apa sih sebenarnya dari Pendidikan? Ilmu? Relasi? Nilai? Pujian? Atau apalah Namanya. Bukan hal itu yang dicari kawan! Walaupun bisa dalam segala hal. Namun, hati ini masih merasa sendiri. Tidak ada yang Namanya pertolongan Allah. Maka hati ini sesak sekali. Dunia terasa sempit sekali. Ketika hal-hal tersebut terjadi apa yang seharusnya dilakukan? Selain dari pertolongan Allah diri pribadi ini bukanlah apa-apa. Lemah tidak berdaya. Hancur luluh tak berguna.

Bukanlah Pendidikan untuk mencari kekuasaan. Bukanlah Pendidikan untuk menindas orang yang di bawah. Bukanlah untuk saling menyelisihkan. Namun, saling menenteramkan. Saling menasihati sesama orang lain. 

Pendidikan salah satu hal yang dibutuhkan pencerahan. Dalam hal dari hati ke hati. Percuma hatinya yang terbentur dengan keinginan keduniawian. Percuma saja diri pribadi ini. Apa yang didapatkan tidaklah sesuatu yang dibutuhkan dan dicukupkan. Tanyakan hatimu sejauh mana dirimu mengenal arti Pendidikan? Tanyakan juga keinginanmu mendapatkan Pendidikan itu untuk apa? Bermaknakah? Merendahkanlah? Meninggikanlah? Atau memperbaikilah?

Terkadang yang menulis ini pun masih mencari Pendidikan apa yang tepat diterapkan. Ketika tulisan gagasan itu ditulis. Entah apakah itu cocok atau tidak? Terlalu banyak pertimbangan-pertimbangan. Terlalu banyak peraturan dan terlalu banyak kebebasan yang tidak dibatasi. Carilah Pendidikan hati untuk merangkul sebuah ilmu dan sambutlah.

Tuntunlah hatimu untuk menjayakan hati dengan perbuatanmu. Melaui perbuatan dirimu akan tercermin di wajahmu. Senyum merengkuh melihat akan datangnya suatu saat. Dimana Pendidikan tidaklah menjadi hal yang membosankan. Melainkan pencari resiko tertinggi dalam dunia pandangan orang lain. 

Pikirkan hatimu dan hati umat yang berjuang mencari sebuah jati diri. Janganlah berbangga hati dengan Pendidikan yang kauraih. Terlihat tinggi namun rendah dimata Allah. Tanpa Allah Pendidikan itu akan menjadi sia-sia. Perjuanganmu akan sia-sia. Lelahmu akan sia-sia. Niatkanlah semua yang dikorbankan dari dirimu hanya karena lillah. Insya allah kawan-kawan akan dibangkitkan dengan keadaan ikhlas. Itulah pendidikan seharusnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar