Rabu, 17 Oktober 2018

Character Building (Pendidikan Karakter) Sejak Dini Sebagai Pondasi Jangka Panjang

Character Buliding (Pendidikan Karakter) Sejak Dini Sebagai Pondasi Jangka Panjang

Character Building (Pendidikan Karakter) Sejak Dini Sebagai Pondasi Jangka Panjang - Peran pendidikan dalam lini kehidupan berbangsa dan bernegara sudah menjadi jantung yang tidak bisa dilepaskan dan terus memompa semangat hingga ke seluruh penjuru hingga menghasilkan generasi yang bermutu. Sejak manusia dilahirkan ke bumi ia akan mendapatkan pendidikan secara langsung oleh kedua orang tua dan orang – orang disekitarnya. Meskipun kadang mereka tidak menyadari hal tersebut. Pada berbagai fase anak akan terus meniru dan mengimitasi berbagai tindakan yang dilihatnya. Salah satu pendidikan yang harus dipelajari anak sejak dini adalah pendidikan karakter (adab). 

Pendidikan karakter sejak dini akan membentuk kepribadian yang akan melekat pada seseorang sebagai dorongan untuk bertindak, bersikap, berucap dan merespon sesuatu hal. Maka dari itu fungsi pendidikan karakter untuk membentuk dan menanamkan sifat atau karakter positif yang didapatkan dari pengalaman menghadapi dan kemampuan memecahkan berbagai masalah, kesulitan, dan menanamkan nilai yang dapat membentuk sebuah nilai kepribadian harus terus ditanamkan serta diingatkan. Di lembaga pendidikan saat ini banyak peserta didik yang sekadar mengutamakan angka sebagai nilai. Bukan adab sebagai nilai. 

Banyak anak didik yang mampu mendapatkan nilai ujian sempurna tapi sayangnya tidak mampu untuk senantiasa rendah diri dan mengucapkan terimakasih. Banyak anak yang lulus dengan prestasi gemilang, tapi sayang anak tidak tampil periang. Tampak sederhana, bukan? Hal – hal yang dianggap tidak masalah ini nyatanya akan sangat terasa ketika anak semakin tumbuh dan berkembang serta menduduki tahap kehidupan dimasa yang akan datang.

Contoh nyatanya sudah terbukti dengan tingginya angka korupsi di Indonesia. Berdasarkan catatan ICW, pada tahun 2017 sudah ada 576 kasus korupsi dengan kerugian negara mencapai Rp 6,5 triliun dan kasus suap senilai Rp 211 miliar, serta jumlah tersangka mencapai 1.298 orang. Hal ini menunjukkan bahwa adab seseorang terhadap bangsanya sendiri sangat kecil, padahal kebanyakan dari mereka yang korupsi memiliki gelar akademik sarjana, magister, doktor, bahkan sampai professor. Malu? Harusnya Iya. Contoh lainnya yang lebih sederhana seperti terjadinya kasus pembunuhan, tawuran antar pelajar, perusakan fasilitas umum hingga kasus amoral lainnya. 

Berdasarkan kasus diatas, bukan hanya lembaga pendidikan yang kurang ketat dan kritis dalam menjalankan tugasnya, tetapi juga peran keluarga dan orang – orang disekitarnya. Seorang penganut angka sebagai nilai dapat terbentuk karena lingkungan menghargai dirinya dari seberapa tingginya angka yang dia dapatkan, bukan dari bagaimana proses ia berjuang mendapatkan angka tersebut. Seseorang cenderung merasa kalah dan tidak berharga ketika mendapatkan angka ujian di bawah rata – rata. 

Jika sistem ini terus berlanjut maka bukan tidak mungkin akan terjadi dua hal berikut secara berkepanjangan, yaitu peserta didik hanya unggul pada sisi pengetahuan namun tidak membentuk watak dan kepribadian peserta didik sebab proses pendidikan hanya menitiikberatkan pada penyampaian informasi dan peserta didik tidak mengalami perkembangan apapun baik dari sisi pengetahuan dan kepribadian sebab proses pengajaran tidak memperhatikan faktor-faktor karakteristik peserta didik Permasalahan yang tampaknya sederhana ini perlu diperbaiki dan direnovasi dengan baik. Sebab sistem ini akan menjadi pondasi diri anak bangsa yang akan terus memajukan kualitas bangsa. Salah satu cara untuk memperbaikinya adalah dengan di terapkannya pendidikan karakter kepada setiap individu perserta didik secara dini. 

Pendidikan karakter menurut Dr. Ratna Megawangi adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti , yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras dan sebagainya. Pendidikan karakter ini tidak tentang proses menghafal materi untuk ujian, bukan pula tentang jurus jitu menjawab pertanyaan, melainkan pendidikan dengan pola pembiasaan. Pembiasaan untuk berbuat baik, bertindak jujur, malu berbuat curang, sopan terhadap orang yang lebih tua, mampu menghargai pendapat, mampu mengelola ego, hormat terhadap pemberi ilmu, menerapkan etika dan sopan santun dimanapun serta terhadap siapapun. 

Hal yang disebut sebagai Character Building ini tidak akan didapatkan bagi pecinta ilmu instan dan akan dirasakan bagi yang senantiasa bersikap rendah hati terhadap nikmatnya proses dan lezatnya ilmu. Karakter sebagai pondasi utama ini juga tidak akan pernah terbentuk jika pelaksanaanya berdiri sendiri. Dia membutuhkan sistem yang saling menyambut dan merangkai hingga terbentuk seorang individu berkarakter. Maksudnya ‘sistem’ dalam konteks ini adalah perlunya orang tua yang terus memberikan contoh berupa tindakan nyata dalam kehidupan sehari – hari anak dan pengubahan mindset orang yang terlibat dalam kehidupannya untuk bersikap benar. 

Tindakan yang dapat diterapkan untuk membentuk karakter baik bagi anak diantaranya adalah penguatan ilmu agama dan adab bagi anak, pembiasaan sopan santun, saling menghormati dan menyayangi sejak dini, menghargai sekecil apapun usaha dan hasil yang diperolehnya serta memperkenalkan berbagai pepatah positif yang kelak akan dibutuhkannya dalam kehidupan, contohnya pepatah berikut jadilah seperti padi yang semakin berisi semakin merunduk, sabarlah seperti tanah meskipun letaknya di bawah dan terus terinjak tapi ia mampu menumbuhkan berbagai tanaman. Semoga bermanfaat dan tidak lelah untuk terus belajar, sebab sesungguhnya seorang anak kelak akan menjadi guru bagi anak – anak generasi yang akan datang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar