Banyak sekali kampus di Indonesia ini yang memfokuskan dirinya di bidang pendidikan. Namun, sayang sekali pendidik atau yang biasa disebut guru, bahkan tak mendapat pelayanan yang layak dari negara. Sebut saja guru honorer, guru yang belum sertifikasi atau masih baru mengajar. Guru honorer yang biasanya masih tergolong baru akan mendapatkan jam mengajar yang lumayan banyak. Apalagi jika mendekati kegiatan akreditasi. Guru bekerja mulai pagi sampai siang, kadang sampai sore tergantung tingkat pendidikan apa yang digelutinya.
Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Seyogyanya seorang guru diberikan penghargaan yang layak atas kinerjanya. Mendidik satu orang peserta didik saja tidak mudah apalagi mendidik puluhan bahkan ratusan peserta didik. Ditambah lagi harus rela dengan honor yang tidak mencapai standart. Terkadang lebih tinggi honor OB (office boy) yang bekerja di kantor daripada seorang guru yang tugasnya mencerdaskan generasi bangsa. Di negara maju, guru sangatlah makmur dengan berbagai layanan yang disediakan negara.
Di zaman yang serba canggih ini, bahkan guru terkadang masih mendapat perlakuan yang kurang beretika dari wali murid. Contohnya saja, ketika seorang murid tidak bisa mengerjakan soal atau mendapat nilai yang kurang baik maka orangtua atau wali murid dengan semena-mena menyalahkan guru. Padahal jatah pertemuan guru dengan muridnya lebih minim daripada orangtua murid itu sendiri. Sudah seharusnya negara memikirkan nasib guru terlebih guru honorer.
Dimana arti, dimana makna bahwa guru adalah pahlawan negara. Jika yang terjadi malah sebaliknya. Ketika tak ada yang bisa dibanggakan dari pekerjaan menjadi guru maka yang dibutuhkan adalah nurani. Guru bukanlah pekerjaan, guru adalah ladang amal. Karena menjadi guru tidak hanya mengajar namun mendidik karakter anak, mengarahkan perilaku anak menjadi lebih baik lagi dan juga menyalurkan ilmu dengan kasih sayang tanpa adanya kekerasan.
Indonesia memang masih terbilang negara berkembang, namun jika menteri pendidikan mau menengok sebentar saja, bagaimana kehidupan guru honorer maka sesaat saja makmurlah mereka. Tak hanya menteri pendidikan, namun juga orang nomor satu negeri ini. Jangan hanya berkuasa namun tak kuasa, jangan hanya menjadi namun tak terjadi. Tak terjadi apa yang pernah disosialisasikan saat belum menjadi. Lihatlah kami, kami guru honorer yang bahkan tak ada daya menuntut gaji dan sertifikasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar