Sabtu, 29 September 2018

Ini Alasannya Dunia Pendidikan harus minta maaf pada K.H. Dewantara

Ini Alasannya Dunia Pendidikan harus minta maaf pada K.H. Dewantara

Ini Alasannya Dunia Pendidikan harus minta maaf pada K.H. Dewantara - Kita semua atau mungkin sebagian sepakat dengan kalimat ini “Peradaban dapat dijemput melalui pendidikan”. Karena kita sadar bahwa pendidikan adalah wadah yang didalamnya manusia dimanusiakan. Berkaca pada kalimat terakhir di kalimat sebelumnya yaitu “ Memanusiakan manusia” maka akan timbul beberapa pertanyaan, seperti kenapa memanusiakan manusia? Apakah manusia belum manusia sejak ia dilahirkan? Jawabannya sederhana, silahkan bertanya pada hakikat pendidikan. 

Loh kenapa kepada pendidikan? Apakah pendidikan memiliki jawaban terhadap pertanyaan itu. Jawabanya Iya, karena kita meyakini bahwa pendidikan adalah gerbang yang mengantarkan manusia kepada sesutau yang kita sebut dengan“ manusia”. Jika kita melihat definisi pendidikan secara etimologi yang berasal dari bahasa Latin yaitu ducare memiliki arti menuntun, mengarahkan, atau memimpin, dan awalan huruf e memilki arti keluar, nah jika digabungkan maka berarti menuntun keluar. Sederhananya pendidikan berarti sesuatu yang menuntun manusia untuk keluar dari sesuatu menuju sesuatu, misal dari sesuatu yang tidak diketahui menjadi tahu, dan lain-lain. Baik, secara ringkas mungkin kita tahu apa itu pendidikan melalui etimologi pendidikan. 

Namun pertanyaan yang timbul selanjutnya ialah, apa kaitannya dengan “memanusiakan manusia”. Kita bisa kembali pada tujuan pendidikan itu sendiri yang termaktub pada UU No 20 Tahun 2003 pada pasal 3 bahwa pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia , sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Namun apakah pendidikan dinegeri ini sudah sampai pada tahap diatas?. Kita sedang berjuang menuju tujuan itu, dengan segenap yang dimilki oleh bangsa ini. Berjuang diatas gentingnya kepentingan pemerintah yang mengaburkan tujuan tersebut. 

Sedikit sensitif mungkin jika dikaitkan dengan kepentingan pemerintah, dan apa kaitannya dengan itu semua. Ketika kita mengamati kondisi pendidikan dengan rasional, maka akan kita temukan kondisi pendidikan yang seakan terseret-seret tanpa identias diatas pergantian periodisasi pemerintahan. Perubahan sistem, kurikulum, teknis, konsep maupun dasar kerap terjadi beriringan dengan pergantian periodesasi pemerintah dinegeri ini. Lalu kemana identitas pendikan yang sebenarnya, pendidikan yang harusnya mampu berdiri tegak diatas gelombang kepenntingan, berdiri tegak tanpa harus tergadaikan identitasnya, pendidikan yang mandiri dan mampu berjalan diatas rel kemanusian. lupakan sejarah yang terus berjalan dinegeri ini, mari kita lebih dalam meyelami eksekusi dunia pendidikan kita. 

Sudahkah pendidikan kita memasuki lorong hak anak bangsa?, apakah pendidikan kita sudah berdasarkan potensi (kodrat) anak bangsa ini? [ K.H. Dewantara : “anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kondratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu”] atau hanya memaksakan kehendak dengan dalih anak-anak akan sukses jika dibekali dengan multi disiplin ilmu. Jika kita lihat kata-kata yang disampaikan oleh bapak pendidik bahwa tugas pendidik adalah merawat bukan memaksa/mencekokin semua materi ilmu yang tidak berdasar pada kodrat anak itu sendiri. 

Tapi apakah tulisan ini akan sampai dan diterima oleh praktisi pendidikan Negeri ini?, tidak peduli diterima atau tidak. Terpenting adalah, kita para pemuda aktivis pendidikan yang tahu peliknya pendidikan negeri ini. Jadi, mari bergerak diatas komando K.H. Dewantara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar