Senin, 03 September 2018

ENTREPRENEUR : Mengatasi Pengangguran dengan Entrepreneur

ENTREPRENEUR : Mengatasi Pengangguran dengan Entrepreneur


MENGATASI PENGANGGURAN DENGAN ENTREPRENEUR

ENTREPRENEUR : Mengatasi Pengangguran dengan Entrepreneur- Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama satu menggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan.(Muh. Abdul Halim).

Masalah pertumbuhan ekonomi di Indonesia, sangat erat hubungannya dengan angka pengangguran yang jumlahnya dari tahun ke tahun semakin meningkat. Dalam hal ini, masalah pengangguran bukanlah hal yang bisa disepelekan. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian. Karena pengangguran, kreativitas serta kinerja  hingga pendapatan masyarakat  pun akan berkurang sehingga akan menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah sosial lainnya.

Dalam Rapat Koordinasi Daerah (Rakorda) Pimpinan Perguruan Tinggi Swasta di Lingkungan Kopertis Wilayah III pada Selasa, 26 Juni 2018 yang lalu, Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) Kemenristekdikti Intan Ahmad, Beliau telah menegaskan bahwa  isu  yang hingga kini yaitu gap berkisar antara lulusan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) dengan penyerapan dunia kerja.

Perguruan tinggi mengakui lebih dari 70% lulusannya siap kerja. Namun fakta di lapangan berbicara sebaliknya. Berdasarkan data yang dihimpun dari Badan Pusat Statistik 2016, kurang dari 50% lulusan perguruan tinggi yang bekerja. Lulusan Srata 1(S1), dan sederajat, hingga kini masih berada dalam tiga kategori penyumbang terbesar pengangguran di Indonesia.

Melihat fenomena di atas, dalam hal ini untuk mengatasi permasalahan tersebut maka perlu adanya usaha nyata yang dilakukan untuk mengurangi angka pengangguran lulusan S1/sederajat. Salah satu usaha nyata yang harus dilakukan adalah mengubah mindset/pola pikir mahasiswa sejak berada di bangku perkuliahan, dari mindset kerja menjadi mindset wirausaha/entrepreneur.

PENYEBAB PENGANGGURAN DI INDONESIA :




1. Tidak adanya motivasi untuk bekerja.
Hal ini umumnya dikarenakan adanya sifat malas yang tersarang dalam diri seseorang. Dimana, waktu sehari-hari dihabiskan untuk tidak bekerja dan berlalu begitu saja tanpa menghasilkan apa apa. Harus ada motivasi dari dalam diri sendiri untuk bekerja agar dapat mengilangkan sifat malas tersebut. Jadi, orang yang seperti ini harus diberikan motivasi dan dorongan sehingga timbul niat untuk bekerja.
2. Jumlah pencari kerja meningkat, namun lapangan kerja menyempit.
Besarnya lapangan kerja relatif kecil jika dibandingkan dengan jumlah pencari kerja. Jika jumlah pengangguran dari tahun ke tahun terus meningkat, tentu akan mengakibatkan kemunduran dalam perekonomian yang selama ini terus kita bangun.

Nah, jadi 2 hal tersebutlah yang menjadi alasan kuat tingginya angka pengangguran di Indonesia. Karena sulit mencari pekerjaan setelah sekian lama melamar, dan hasilnya nihil, akhirnya membuat si pelamar merasa apatis. Mereka lupa bahwa sebenarnya bekerja tidak hanya di perusahaan ataupun menjadi PNS. Banyak bidang pekerjaan lain disekitar mereka. Atau mencoba membuat usaha sendiri akan lebih baik.

Berikut ini terdapat pertanyaan penting menentukan jenis usaha, antara lain;

1) Jenis usaha apa yang akan dijalani ?
2) Apa tujuan usaha ini?
3) Apa alasan untuk memulai usaha ini?
4) Jenis produk atau jasa apakah yang akan dijalani ?
5) Apa aplikasi dari usaha itu?
6) Apa yang membuat tertarik untuk mengembangkan usaha ini?
7) Apakah memakai produk atau jasa ini masih ada keterkaitan dengan produk lain?
8) Kapan produk dari usaha ini akan tersedia?
9) Siapa yang menjadi target pasar ?
10) Siapa pesaing ?
11) Bagaimana membuat produk agar berbeda dari produk pesaing?
12)  Apakah sudah siap dengan tim manajemen yang diperlukan?

Salah satu Politikus Indonesia yakni Fadel Muhammad pada tahun 1992 mengemukakan "Bahwa ada 7 ciri-ciri identitas yang  paling melekat pada diri seorang wirausaha.Catat!

1) Kepemimpinan
Adalah faktor kunci bagi seorang wirausaha.  Dengan skill yang diunggulkan atau lebih menonjol  di bidang kepemimpinan, maka seorang wirausaha akan sangat memperhatikan orientasi pada sasaran, hubungan kerja/ personal dan efektivitas.  Pemimpin yang selalu mengacu pada ketiga faktor di atas, senantiasa tampil hangat, mendorong pengembangan karir stafnya, disenangi bawahan, dan selalu ingat pada sasaran yang hendak dicapai.

2) Inovasi
Tak bisa ditolak lagi, bahwa Inovasi selalu membawa perkembangan, kemajuan serta membawa perubahan ekonomi, demikian dikatakan oleh Joseph Schumpeter.  Teori Schumpeter merangsang seseorang untuk berinovasi. Inovasi yang dimaksud bukanlah suatu temuan yang luar biasa, tetapi suatu temuan yang menyebabkan berdayagunanya sumber ekonomi ke arah yang lebih produktif.

3) Cara Pengambilan Keputusan
Menurut ahli kedokteran mutakhir terdapat perbedaan signifikan  antara fungsi otak kiri dan otak kanan.  Otak kiri berfungsi menganalisis atau menjawab pertanyaan-pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana.  Otak kanan berfungsi melakukan pemikiran kreatif tanpa didahului suatu argumentasi. Otak kiri dan otak kanan senantiasa digunakan secara bersama-sama.Perlu diketahui, bahwa  Setiap orang berbeda  dalam tekanan penggunaan kedua otak yakni ota kiri dan otak kanan.  Ada yang cenderung didominasi otak kiri dan sebalinya ada orang yang didominasi oleh otak kanan.

4) Sikap Tanggap untuk melakukan Perubahan
Sikap tanggap wirausahawan terhadap perubahan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan orang lain.  Setiap perubahanyang dilalui seorang wirausahawan yang dianggap mengandung peluang  masukan dan rujukan terhadap pengambilan keputusan.

5) Bekerja Ekonomis dan Efisien
Seorang wirausaha mengerjakan kegiatannya dengan gaya yang smart (cerdas, pintar, bijak) bukan bergaya seorang mandor. yang selalu bekerja keras, ekonomis dan disiplin, untuk  mencapai hasil maksimal.

6) Visi Masa Depan
Visi itu diibaratkan sebuah benang merah yang tidak bisa terlihat lalu ditarik sejak awal hingga keadaan yang terakhir. Visi pada hakikatnya merupakan pencerminan komitmen kompetensi  konsistensi.

7) Sikap Terhadap Resiko
Seorang wirausaha adalah penentu resiko dan bukan sebagai penanggung resiko. Dalam hal ini penerapan inovasi merupakan usaha kreatif untuk memperkecil kemungkinan terjadinya resiko.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar