Jumat, 28 September 2018

Aku Bangga Menjadi Petani Muda, Kenapa Tidak?

Aku Bangga Menjadi Petani Muda, Kenapa Tidak?

Aku Bangga Menjadi Petani Muda, Kenapa Tidak? - Indonesia dikenal sebagai negara agraris. Begitu banyak sumber daya alam yang melimpah. Terdapat dalam lirik lagu bahwa "Tanah Kita Tanah Surga", artinya tiap tanaman yang ditanam di tanah akan tumbuh subur. Air melimpah ruah untuk kebutuhan hidup sehari-hari maupun irigasi pertanian. Maka nikmat Tuhan manakah yang kau dustakan ?. Manusia harus bisa memanfaatkan potensi yang dimiliki Indonesia sebaik mungkin, hal itu sama saja mensyukuri karunia yang Tuhan berikan.

Beberapa hari yang lalu, tepatnya 24 September 2018 diperingati sebagai "Hari Tani Nasional". Sungguh menandakan bahwa petani adalah pekerjaan mulia yang dapat meningkatkan harkat dan martabat. Namun, ironisnya pemuda zaman sekarang anti menjadi petani. Mayoritas banyak yang lebih memilih kuliah di Fakultas Kedokteran, padahal semua profesi butuh pangan. Lalu, kalau tidak ada petani maka tidak ada pejuang pangan di negeri ini.

Faktor-faktor yang menjadikan profesi petani dipandang remeh antara lain:

a. mindset yang salah sejak dini, selalu beranggapan bahwa menjadi petani itu pekerjaan orang miskin dan kotor-kotoran,
b. orang tua yang berprofesi sebagai petani malah menyuruh anaknya tidak mengikuti jejaknya, nasibnya harus lebih baik. Jadi tidak diizinkan mendaftar ke Fakultas Pertanian,
c. banyak terjadi urbanisasi sehingga timbul aging labor (penuaan pekerja), artinya lebih banyak pekerja tua di desa yang berprofesi petani daripada pemuda yang lebih banyak pilih pindah kerja ke kota,
d. kurangnya ilmu pengetahuan dan teknologi tentang bertani modern.


Masih ingat dengan salah satu pernyataan tentang pertanian Indonesia ?.

"Indonesia akan menjadi lumbung pangan dunia pada 2040", artinya semua pangan tercukupi untuk kebutuhan tanpa harus impor bahkan bisa ekspor ke negara lain di seluruh dunia. Berdasarkan data BPS (2017) di berita Suara Merdeka.com, bahwa pertanian Indonesia dapat meningkatkan perekonomian Indonesia. Menjadi penyumbang devisa tertinggi kedua setelah Pengolahan. Apakah kalian tidak takjub dan banga pada para pejuang pangan ?

Mulai dari akademisi pertanian, praktisi pertanian sampai petani kecil begitu berjasa pada Indonesia. Jadi, salah satu hal untuk menjaga eksistensi pertanian Indonesia adalah menumbuhkan kesadaran pemuda akan pentingnya pertanian. Mengapa demikian ?. Indonesia diprediksi pada 2025 akan memasuki bonus demografi, artinya pemuda yang berumur produktif akan menanggung orang tua yang sudah tidak produktif. Jadi, tidak mungkin selamanya orang tua yang akan bekerja sebagai petani. Butuh generasi muda yang menggantikan.

Cara untuk menumbuhkan jiwa pertanian pada pemuda sebagai berikut:

a. Mahasiswa pertanian membentuk komunitas, misalnya "Pejuang Pangan". Sasarannya adalah para anak desa baik yang masih sekolah atau bahkan sudah putus sekolah,
b. Lembaga pertanian di masing-masing daerah menugaskan Penyuluh Pertanian untuk pemuda, mengajarkan teknologi bertani modern. Misal hidroponik, aquaponik, mina padi dan lainnya,
c. Pendampingan baik dari dosen pertanian atau instansi lainnya tentang "agopreneurship", diajarkan mulai dari cara pengolahan, pengemasan sampai pemasarannya.

Jika ketiga cara tersebut diterapkan, maka pemuda desa akan merasa betah menekuni profesi tani di tempatnya. Bahkan jika diterapkan di kota, maka pemuda kota tidak gengsi lagi untuk bertani melalui teknologi dan inovasi pertanian. Buktinya sekarang sudah banyak pemuda yang menjadi "agropreneurship", menjadi pengusaha sukses bahkan dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru. Hal tersebut membawa dampak positif yakni mengurangi angka pengangguran. Perlu ditanam dalam pikiran para pemuda, jika pangan melimpah maka dapat membasmi kelaparan dan kemiskinan di negeri ini. Jadi tindak kriminalisasi di Indonesia akan berkurang karena salah satu faktor penyebabnya yakni kemiskinan dan kelaparan dapat teratasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar