Kenali Lebih Dekat Dengan Pendidikan Berbasis Home Schooling
Hallo Sobat Shalaazz!
Mungkin anda pernah mendengar atau bahkan menjadi pelaku yang mengucapkan kata ‘Horeee!’ saat guru memberikan kabar bahwa sekolah akan diliburkan atau dipulangkan lebih awal karena ada agenda rapat atau hal yang lainnya. Hal ini seperti menunjukkan bahwa sistem pendidikan menjadi tempat yang menyita waktu peserta didik dan membosankan. Apakah ini salah? Jawabnya tergantung dari sudut mana anda memandang. Adanya sudut pandang yang berbeda, menyebabkan munculnya alternatif lain dalam mendidik generasi bangsa, salah satunya yaitu Home Schooling.
Di Indonesia home schooling sudah mulai dikenal sejak pasca merdeka. Saat Era 70-an ada beberapa tokoh yang sudah menerapkan pendidikan home schooling pada anak – anaknya, seperti Said Kelana seorang pemusik yang tidak menyekolahkan anaknya pada pendidikan umum. Ia hanya mengajarkan tentang musik di rumah. Seiring perkembangan zaman, home schooling sudah sangat ramah ditelinga masyarakat.
Home schooling sendiri dapat diartikan dalam Bahasa Indonesia sebagai “sekolah rumah”, bersekolah atau belajar di rumah. Secara hakikat home schooling merupakan sebuah sekolah alternatif yang mencoba menempatkan anak sebagai subjek belajar dengan pendekatan pendidikan secara at home. Di negara maju, istilah home schooling dikenal dengan sebutan home education, home based learning atau sekolah mandiri yang dilaksanakan secara individu maupun berkelompok, dan istilah umumnya adalah fenomena belajar tidak di sekolah formal.
Lalu bagaimana pendidikan berbasis home schooling tersebut? Pendidikan berbasis home schooling merupakan pendekatan pendidikan secara at home yaitu suatu pendidikan melalui pendekatan kekeluargaan yang memungkinkan anak belajar dengan nyaman sesuai dengan keinginan dan gaya belajar masing-masing, kapan saja, dimana saja dan dengan siapa saja. Dengan pendekatan ini diharapkan anak bisa tumbuh kembang secara lebih wajar dan optimal tanpa terkekang potensinya. Kesempatan inilah yang digunakan oleh orang tua untuk selalu bisa memantau, membimbing dan mendidik anak – anaknya, bukan sekedar memberikan guru pengajar di rumah.
Ada beberapa asumsi yang keliru terkait dengan home schooling, seperti menghambat kemampuan sosial anak. Anak - anak dengan pendidikan home schooling diasumsikan kurang dapat bergaul karena tidak terbiasa berinteraksi dengan banyak orang, padahal justru pendidikan berbasis home schooling diprogram dengan sistem belajar dan praktek secara khusus agar dapat bermasyarakat secara baik dan benar. Keterlibatan kedua orang tualah yang sangat berperan aktif. Inilah yang menjadi tantangan terberat dalam mendidik anaknya dengan metode home schooling. Pada dasarnya, pendidikan yang sebenarnya, peletakan dan pembangunan tata-nilai, pada dasarnya memang berpusat di rumah
Dari definisi dan berbagai pandangan terkait home schooling diatas, tentu sangat jelas perbedaannya dengan sistem pendidikan formal. Pada pendidikan formal mulai dari sistem, fasilitas hingga biaya pendidikan diatur oleh pihak sekolah, guru dan istansi terkait. Sedangkan home schooling akan diatur dengan menyesuaikan segala potensi, kebutuhan dan kemampuan keluarga yang sangat menguntungkan bagi anak. Akan tetapi sistem pendidikan home schooling juga tetap saja memiliki kekurangannya tersendiri, seperti jika kedua orang tua tidak bersungguh – sungguh dalam menata informasi akademis bagi anaknya, tentu akan menghambat program pendidikannya. Itulah sebabnya orang tua akan sangat berperan aktif dalam membentuk program, jangan sampai orang tua tidak melakukan update dan upgrade informasi.
Untuk meminimalisir kekurangan tersebut, orang tua dapat memanggil tutor atau bergabung dengan komunitas home schooling sehingga program pembelajaran lebih dapat tertata tanpa mengurangi perhatian secara individu. Biasanya akan ada modul bagi setiap peserta yang mengikuti program home schooling. Selain itu model pembelajaran interaktif juga diterapkan dalam pendidikan berbasis home schooling ini sehingga target kurikulum tidak terabaikan. Pada akhirnya peserta home schooling akan tetap mampu mengikuti ujian kesetaraan yang berijazah dan diakui oleh pemerintah setara dengan pendidikan umum.
Di Indonesia, telah disediakan home schooling paket A, B dan C yang setara dengan sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas. Meskipun sistem berpaket, peserta didik tetap memiliki kebebasan untuk menentukan pelajaran yang dibutuhkannya tapi tetap mengikuti atau mencapai kurikulum yang ditargetkan. Jika target pendidikan telah tercapai maka peserta home schooling juga akan mengikuti ujian yang berfungsi sebagai penyetaraan kemampuan. Yang terpenting dalam pendidikan berbasis home schooling ini adalah konsep multientri dan multiexit yang telah disesuaikannya dengan prinsip pendidikan nasional. Jadi peserta didik yang secara umum sudah menguasai pendidikan di tingkat bawah saat pindah ke program home schooling tidak wajib melanjutkan dikelas yang sama, ia bisa langsung ke tingkat yang dibutuhkannya. Saat ini home schooling telah memiliki legalitas dan dijamin oleh pemerintah.
Jadi tidak perlu lagi khawatir jika ingin memberikan program yang sesuai dengan potensi anak secara khusus dan personal tanpa harus kehilangan predikatnya sebagai seorang pelajar, tapi yang terpenting dalam semua sistem pendidikan bukan predikat dan pengakuan dari orang lain yang harus diutamakan, melainkan ilmu itu sendiri agar benar – benar dapat bermanfaat dan menyelamatkan dirinya untuk menghadapi serta menemukan solusi berbagai permasalahan dimasa yang akan datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar